Surga dalam Psikologi Budaya

Kita akan membahas masalah surga. Delusi terbesar yang diyakini milyaran penduduk bumi secara berbeda beda. Tanpa melihat secara tekstual apa yang sebenarnya tertuang dalam kitab kitab suci mereka, masing masing sudah memiliki gambarannya sendiri tentang surga. Well, karena mereka sudah percaya penuh terhadap Tuhan, mereka percaya semua jenis kesenangan yang dipilihkan Tuhan, pastilah oke. Ketika imajinasi berkembang sedemikian rupa, akal sehat mati.
Hampir semua sistem kepercayaan di dunia menawarkan konsep surga. Sebuah tempat yang sangat indah bagi manusia setelah manusia mati, dimana manusia akan berada kekal disana selamanya. Hal ini karena memang konsep surga diciptakan sebagai insentif agar manusia mau digerakkan kemana saja, mulai dari yang umum seperti berbuat baik dan beribadah, hingga secara sukarela meledakkan dirinya di tempat umum demi kepentingan politik orang lain.
Sejauh ini, konsep Surga dalam Kristen paling membosankan. Tidak ada malam, semua bangunan terbuat dari emas dan permata transparan (Revelation 21:18, 19, 21), emas dan permata berharga karena langka. Keindahannya sendiri bersifat sangat subjektif. Lebih parah lagi, Surga yang seharusnya menjadi tempat istirahat setelah kita beribadah di dunia, kita masih harus menyembah nyembah Tuhan disana (Isaiah 66:22,23). Selain itu? Minim informasi. Apa yang sering kita dengar betapa disana banyak malaikat dalam bentuk bayi bersayap dan bermain harpa, tidak ditemukan di bible.
Kristen Mormon (Jesus Christ of Latter Day Saint) sedikit lebih menjanjikan. Menurut kepercayaan mereka, jika kita percaya pada mormon dan berpihak pada gereja versi mereka, kita akan masuk surga. Bayangkan, orang yang menikah akan kembali bersama pasangannya di surga. Semua orang akan kembali tinggal bersama keluarganya, dan di surga kita akan kembali memiliki anggota badan yang hilang atau diganti. Ini jelas menjadi banyak masalah. Pertama, tidak semua orang suka tinggal bersama keluarganya selamanya (Belum lagi otomatis keluarga mertua juga). Saya berusaha keras mandiri agar tidak lagi tinggal bersama orang tua. Sesekali mengunjungi mereka akan menyenangkan, tapi tinggal setiap hari selamanya? Itu bukanlah insentif yang baik. Kedua, ada alasan kenapa manusia bercerai. Karena sejujurnya, tidak semua manusia bisa hidup monogamis, atau menikah dengan orang tepat. Bayangkan anda bersama pasangan yang tidak anda cintai selamanya. Ketiga, ini juga berarti segala operasi plastik yang anda lakukan akan sia sia. Amandel yang anda buang bisa kembali lagi, usus buntu yang menjadi sumber penyakit yang susah payah dibuang harus bersama anda lagi di surga versi kristen mormon.
Agama para artis, Scientology (John Travolta, Tom Cruise) sama seperti hindu, tidak mengenal konsep surga. Semua terjebak dalam siklus reinkarnasi berulang. Khusus pada Hindu, anda bisa berharap mencapai Dewa Brahma. Semua orang harus berbuat baik untuk menghindari reinkarnasi menjadi tikus atau kodok, atau manusia berkasta lebih rendah mengingat Hindu masih memegang strata kasta.
Islam merupakan agama paling deskriptif mengenai surga. Dan sebagai mantan muslim, saya tau banyak bagaimana Islam menawarkan surga. Saya tidak menemukan dalil mengenai 72 perawan yang dijanjikabagi mujahidin, tapi setidaknya memang ditawarkan perawan bagi mereka. Bayangkan taman yang berisi sungai yang mengalir susu, dan mengalir anggur yang tidak memabukkan.(QS. Al Waqiah : 10-21). Saya gagal paham fungsi anggur jika dia tidak memabukkan. Mungkin juga yang dimaksud adalah sirup. Diceritakan pula bagaimana Surga adalah taman hijau yang penuh buah kurma terbaik dan delima. Sayangnya buah favorit saya, apel dan kesemek tidak ditawarkan disana. Saya juga mengenal betapa banyak orang yang benar benar tidak suka Kurma. Sementara itu, mengenai kehidupan seksual, secara spesifik juga disebutkan bahwa pria pria bertawakal akan mendapatkan wanita perawan yang belum pernah disentuh oleh manusia dan jin. (QS. Ar Rahman : 56) Agaknya memang sangat penting ditekankan bahwa wanita ini belum pernah disentuh oleh jin.
Disebutkan pula bahwa kemampuan seks pria disurga adalah 100x lipat saat di bumi dan semua wanita yang disetubuhi, kembali menjadi perawan. Ini juga masalah besar bagi saya. Saya tidak suka perawan. Mereka tidak terlatih, dan seringnya hanya berbaring seperti cicak mati sementara kita, para pria yang harus bekerja keras. Perawan yang lihai diatas ranjang justru dipertanyakan keperawanannya. Masalah lain, saya juga tidak suka melihat darah. Bayangkan dengan jaminan mereka akan perawan kembali setelah berhubungan, ini artinya kita akan selalu melihat darah. Saya sendiri mengenal beberapa orang orang alim yang mudah pingsan melihat darah. Betapa menyiksanya surga bagi mereka. Dan lagi, terlihat jelas betapa patriarkisnya konsep surga yang ditawarkan disini. Selagi pria dijanjikan wanita wanita cantik dan ultimate sex, tidak jelas apa yang didapat wanita di surga.
Inilah yang menjadi masalah utama atas semua janji surga ini. Semua orang memiliki preferensi berbeda atas apa yang dia suka. Bagi saya pribadi, surga bukanlah surga tanpa adanya internet cepat, kopi, dan stok rokok filter yang melimpah. Jika anda mendengar ada orang berceramah tentang surga dan dia menjanjikan akses Facebook di surga. Semua orang akan menganggapnya sesat dan memasukkannya ke Rumah Sakit Jiwa.
Masalah fundamental lain tentang surga adalah keabadiannya itu sendiri. Dalam rentang waktu tidak terbatas, apapun yang kita suka akan menjadi sangat membosankan. Bayangkan disuruh makan kurma, delima, anggur, dan seks nonstop selama 100 tahun. Ingat, anda melakukan itu selamanya. Puncak kenikmatam dari apapun yang kita peroleh dan alami adalah bukan hasil itu sendiri melainkan juga rintangan dan kesulitan untuk mendapatkannya. Katakanlah, Tuhan mengapus rasa bosan kita, memodifikasi perasaan kita, bukankah itu menjadi artifisial? Bukankah kita yang ada disana bukan kita lagi yang sesungguhnya. Jauh lebih praktis Tuhan memberikan morfin, ganja atau halusinogen jika memang dia paham bahwa kebahagiaan hanyalah proses kimiawi di otak manusia. Toh dia Maha Tau.
Jika kita kaji dengan mempertimbangkan landasan historis, sebenarnya terlihat jelas alasan kenapa konsep surga itu ada dan kenapa digambarkan seperti itu. Surga yang digambarkan dalam Islam misalnya, merupakan versi ideal yang didambakan para pria yang terbiasa hidup di lingkungan padang pasir. Lihat bagaiman surga digambarkan sebagai taman yang hijau rindang penuh kurma, delima dan anggur, serta bagaimana wanita cantik digunakan untuk iming iming. Ini lebih terlihat sebagai strategi yang digunakan agar para pria mau maju berperang dan menjadi martir demi mendapatkan iming iming itu. Sementara wanita dikesampingkan dalam versi surga tersebut karena memang sistem ini hanya digunakan untuk menjaring pria sebagai kekuatan perang dan politik kala itu. Itulah jugalah kenapa gambaran surga yang diberikan bukanlah gambaran yang bersifat universal. Meskipun sudah kita singgung tadi, hampir mustahil membuat satu versi surga ideal yang akan disukai semua orang mengingat preferensi yang berbeda beda oleh setiap individu.
Ini juga terjadi pada Viking. Sebuah kebudayaan dimana ekspansi dan survival komunal juga masih dilakukan dengan perang terbuka. Rakyat viking dibuat percaya bahwa pejuang yang mati berperang ( khusus buat pejuang, bukan bangsa viking yang mati sakit atau tua) akan mendapat tempat di Valhalla. Dimana jamuan makan tak henti hentinya datang beserta air mancur tak berujung yang mengalir minuman keras terbaik yang dirasakan manusia. Mereka makan bersama prajurit-prajurit Viking dan Odin. Versi surga seperti ini dibuat khusus agar rakyat viking mau maju berperang demi bangsanya. Singkatnya, alat politik untuk mengendalikan manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN BELAJAR AGAMA DARI AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA

حب النبي : حديث الثقلين (دراسة فقهية حديثية)

نص حزب البحر للشيخ أبي الحسن الشاذلي