Sekolah Investasi


Sekolah memiliki asal kata "skole" dari bahasa Yunani yang berarti tempat yang menyenangkan. Di sanalah tempat orang-orang berkumpul dan belajar segala sesuatu tanpa paksaan dan tekanan dari siapa dan oleh apapun. Tentunya belajar bukan hanya di sekolah, belajar bisa dimana dan kapan saja. Sebagai guru tentunya kita harus berterima kasih kepada kaum sofis di jaman Yunani kuno dimana mereka mengajar demi upah, bukankah sekarang guru bekerja karena menerima upah.
Maka menurut saya sekolah pertama adalah sekolahnya kaum sofis, dimana para murid membayar kemudian sang guru mengajar apa yang dirasakan penting bagi muridnya.
Lambat laun sekolah itu berkembang menjadi kumpulan elite yang hanya bisa diakses oleh orang tertentu. Sekolah menjadi semakin mahal bukan karena untuk membayar pengajar tetapi untuk fasilitas. Murid dilihat sebagai aset komoditas yang harus dijaga baik-baik agar bisa terus diambil uangnya demi kelangsungan hidup sekolah. Pada titik ini sekolah sudah bergeser dari guru ke murid, maka dimulailah era sekolah fasilitas. Jaman ini yang penting bukanlah guru melainkan bagaimana murid itu nyaman dan enak di sekolah. Ruang kelas ber-AC, lapangan olah raga yang besar, perpustakaan yang lengkap, gedung sekolah yang megah menjadi titik awal orang untuk bersekolah. Bisa dilihat perbandingan uang administrasi dibandingkan dengan uang sekolah mungkin bisa lipat sepuluh kalinya.
Tidak ada yang salah dengan fasilitas, yang salah adalah hal itu menjadi standart mutu dari sebuah sekolah. Penilaian pemerintah terhadap sekolah yang bagus meliputi: besar ruangan kelas, besar ruangan kepala sekolah, fasilitas lapangan, kelengkapan laboratorium, dan lainnya. Semua fasilitas itu memerlukan biaya dan sumber biaya yang utama tentunya murid.
Dengan segala fasilitas tentunya yang terpenting bukan mengajak murid berpikir tetapi bagaimana sekolah bisa menyenangkan murid. Dalam hal menyenangkan tentunya itu adalah penilaian sepihak dari sekolah, apakah murid merasakan hal yang menyenangkan ketika bersekolah itu hal yang lain. Maka apa yang dirasa penting bagi guru untuk disampaikan kepada murid haruslah menyesuaikan dengan kepentingan yang lebih besar yaitu apa yang murid inginkan. Sekolah dalam hal ini mencoba mereka-reka apa yang menjadi keinginan murid dan mulailah era penjajahan murid. Sekolah merasa demi masa depan asetnya maka memasukan segala sesuatu yang dirasa perlu untuk murid. Tidaklah heran ketika murid sekolah dasar jaman sekarang sudah membawa tas sebesar orang mau pergi satu minggu. Semua ilmu dengan dalih demi masa depan murid yang cerah dijejalkan sekuat-kuatnya oleh pihak sekolah tanpa memandang itu baik atau tidak. Maka sekolah bukanlah menjadi tempat belajar lagi melainkan menjadi tempat berinvestasi. Orang tua berinvestasi kepada sekolah agar kelak anaknya mampu bekerja atau berusaha dan menghasilkan uang yang banyak. Tentunya ini kalimat yang sangat diperkasar, tetapi tujuan investasi adalah pengembalian modal ditambah bunga, itulah juga yang menjadi tujuan sekolah menjadi sangat mahal. Sekolah mahal dilihat sebagai investasi yang cepat kembali sedangkan sekolah gratis dilihat sebagai investasi yang lama kembali.
Sungguh menyenangkan bukan? Mari kita investasi, eh sekolah maksudnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN BELAJAR AGAMA DARI AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA

حب النبي : حديث الثقلين (دراسة فقهية حديثية)

نص حزب البحر للشيخ أبي الحسن الشاذلي