Sepakat
Saya dan anda, yang beragama, bersepakat bahwa Syirik adalah dosa besar. Ia tidak bisa diampuni kecuali dengan bertaubat. Tapi kita juga tahu, beragama pun tidak menjamin kita akan masuk surga. Surga adalah hak Tuhan sepenuhnya. Tapi kita juga tahu bahwa murtad adalah dosa, dan hukuman terberat dari murtad, bagi kebanyakan dari kita adalah kematian.
Tapi saya yakin, kita bersepakat satu hal, bahwa murtad tak harus dihukum mati, seseorang bisa saja bertobat dan jika kita percaya konsep Keadilan Ilahi dari Murtadha Mutahhari, maka kita tahu ada keselamatan di luar Islam. Ia adalah hikmah. Dalam sebuah artikel berjudul "Mestikah Bunda Teresa Masuk Neraka", ia berargumen tentang keadilan Ilahiah, hikmah dan kebesaran tuhan terhadap hambanya.
Tapi apakah dengan membiarkan Syirik dan Orang Murtad tidak berbahaya? Bagaimana jika ia mempengaruhi, merayu, mengajak, atau memanipulasi anak-anak kita, keluarga kita, pacar kita, untuk jadi syirik dan murtad? Apakah tidak sebaiknya orang murtad dan syirik itu dihabisi saja? Atau dipaksa tidak jadi murtad?
Kita tidak khawatir anak kita jadi syirik dan ikut murtad karena kita yakin pada pendidikan anak kita. Kita juga tahu mereka sudah cukup dewasa untuk tahu mana yang baik dan benar, juga salah yang mesti dihindari. Lagipula yang dihukum mati adalah orang murtad yang mengajak pada syirik, jika tidak mengajak menjadi murtad atau syirik ya seharusnya ga apa-apa. Islam itu agama kedamaian, ga ujuk ujuk membunuh atau menghukum tanpa alasan.
Apakah orang murtad akan kita jauhi? Saya kira kita sepakat, mereka berhak hidup dan keputusannya menjadi murtad adalah hak pribadinya. Siapapun berhak menjalani hidup yang ia anggap paling benar, dengan catatan, ia tidak memaksakan jalan hidupnya itu kepada orang lain dengan ancaman atau manipulasi. Memaksakan kehendak itu salah, murtad atau tidak.
Lalu apakah jika seorang murtad katakan menjadi guru atau pejabat publik akan kita larang? dengan ketakutan bahwa, Anak kita akan ikutan syirik dan jadi murtad, atau kekhawatiran akan meniru orang itu jadi murtad dan syirik? Mereka yang yakin telah mendidik anaknya dengan benar, membekalinya dengan pengetahuan, dan ajaran agama yang baik tentu tidak akan khawatir. Karena mereka tahu, menjadi syirik dan murtad itu tidak mudah.
Lalu apakah kita akan meminta pemerintah untuk melarang bagi orang murtad untuk bisa misalnya mendapat pendidikan tinggi? Mengkaji tentang apa itu syirik? lalu kemudian meminta ada satgas penanggulangan syirik? Atau mungkin memaksa mereka yang syirik untuk ikut kelas reorientasi agar tidak menjadi murtad? Saya kira tidak, kita pada satu titik bisa menerima perbedaan keyakinan dan jalan hodup orang lain.
Jadi masalah apabila si murtad tadi mengatakan bahwa syirik adalah jalan kebenaran. Tidak ada kebenaran di luar syirik, dan semua orang harus menjadi murtad, dengan ancaman, atau manipulasi. Saya dan anda tidak bisa menerima syirik dan orang murtad, tapi kita tahu, mereka berhak hidup di negara ini dan hak sipil mereka mesti dijamin.
Kita juga tahu akan ada orang yang tidak bisa menerima perilaku syirik dan murtad tadi. Orang orang ini akan berusaha mengancam, menyakiti, membunuh jika perlu orang orang murtad karena mereka dianggap syirik dan melawan ajaran agama. Sebagai orang waras kita akan melawan ini, karena sadar meski pancasila sila pertama berbunyi ketuhanan yang maha esa, indonesia bukanlah negara agama.
ketika seseorang menjadi murtad tidak serta merta memberikan hak bagi orang lain untuk menyakitinya. atau memberinya kesempatan menghukum berdasarkan keyakinannya, bukan konstitusi dan undang undang yang kita sepakati. Kita sebagai manusia beradab dan beragama menyadari hal ini. Mereka yang tidak bersaudara dalam iman, bersaudara dalam kemanusiaan.
nah, jika kita bisa bersepakat bahwa orang murtad dan syirik itu berhak hidup dan memperoleh haknya sebagai manusia, maka kita dalam satu barisan yang sama.
dan jika anda berkenan, ganti kata murtad dengan gay/lesbian dan syirik dengan LGBT.
aku sayang kamu.
Komentar
Posting Komentar