Hacking Terhadap Islam
Islam mudah di hack ?. Sebenarnya dalam hal ini Islam memiliki potensi yang sama dengan agama lain. Sebab, bila dalam kancah pertarungan pemikiran yang berbasik penalaran logis dan wahyu, agama-agama berasal dari hal-hal yang tidak bisa dibuktikan (supernatural) sehingga menjadi celah besar untuk di nafikan oleh metode penalaran akal yang berbasik materialisme. Dan materialisme memang hal faktual tak bisa (sulit) dibantah dikarena adanya kebutuhan dan darurat akan alam materi yang terhubung dengan panca indera.
Bila kita menggunakan cara pandang seperti itu, maka semua agama akan memiliki potensi besar untuk dilakukan peretasan seumpama sistem komputer. Cara kerjanya adalah dengan mengubah nilai atribut. Sama seperti virus komputer dimana icon yang digunakan tidak menunjukkan nilai file atau program yang akan kita gunakan sehingga ketika kita menggunakan file itu malah akan merusak sistem. Kerusakan sistem bukan berarti sistem itu hilang sepenuhnya, hanya saja sistem itu tidak berjalan semestinya, akan tetapi berubah fungsi atau mandeg.
Baiklah, kita abaikan soal agama lain, sebab, kita umat Islam, maka yang menjadi bahasan adalah agama Islam dalam konteks bahasan hacking ini. Kalau kita cermati, sebenarnya yang paling mudah dilakukan hack adalah umat Islam. Kita bisa katakan bahwa hal-hal dari literatur keagamaan Islam seperti mushaf Al Qur'an, kitab-kitab hadis, kitab karangan para ulama dengan segala tafsir dan ijtihad atau metodologi keilmuan lain. Semua itu statis. Maka orang yang membaca-lah yang menjadikan wacana-wacana dalam kitab-kitab itu memiliki makna (yang bergerak) karena adanya interaksi antara jiwa si pembaca dengan tulisan-tulisan yang ada dalam kitab yang dibaca. Tetapi tentu saja pambaca A dan pembaca B tidak akan bisa sama persis dalam memahami suatu wacana yang sama.
Saya katakan bila umat Islam adalah umat yang paling mudah di hack alam pikir atau kesadarannya. Kita telah melihat ini sebagai kenyataan yang memilukan bahkan tragis. Lihatlah, beberapa tahun terakhir ini kemanusiaan sudah hampir hilang dari wajah Islam. Pertentangan nilai begitu nyata. Islam melarang membunuh manusia tanpa alasan yang hak, justru jutaan saudara-saudara Muslim kita dibantai oleh milisi khilafah yang mengaku (menggunakan atribut) Islam. Islam melarang berzina tetapi malah muncul fatwa untuk memperkosa perempuan (yang tidak berjilbab atau mendemo pemerintah) dan melakukan perbudakan dan transaksi jual beli manusia (perempuan). Islam mengajarkan berbuat dan berkata yang santun malah perilaku umat Islam baik di real world maupun sosial media semakin beringas dan mengatakan bila semua itu demi penegakan hukum syariah. Islam mengajarkan toleransi tetapi semakin terlihat perilaku orang Islam semakin diskriminatif. Islam selalu menganjurkan agar umatnya beriman kepada Allah dan beramal shalih akan tetapi akhir-akhir ini yang terlihat adalah menggilanya obsesi tentang surga dan karakter buruk yang muncul dari cara beragama yang seperti itu, dsb.
Kenapa semua itu muncul ?. Jawabnya adalah karena adanya hacking terhadap (umat) Islam.
Mungkin saya menggunakan bahasa komputer dengan menggunakan kata "Hacking" ini, dengan tujuan agar memudahkan pemahaman, sebab, saya rasa itu hal yang mirip dan mudah dicerna oleh orang saat ini. Akan tetapi sebenarnya pemahaman ini ada dalam Al Qur'an.
وَلَا تَتَّخِذُوا آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمَا أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
" Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ". - Qs : Al Baqarah : 231
Mungkin orang akan bertanya :"Bagaimanakah mempermainkan ayat-ayat Allah itu, bukankah Al Qur'an adalah wahyu dari Allah yang terjaga kesuciannya ?".
Wahai ketahuilah, orang yang memiliki pertanyaan seperti ini adalah orang yang teramat lugu, Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dalam alam pemikiran dan sejarah agama yang dia anutnya sendiri karena kemalasan dalam belajar. Akan tetapi orang seperti ini sebenarnya memiliki jiwa yang baik, yaitu taat dan yakin terhadap Islam. Namun, orang-orang seperti inilah yang mudah di hack kesadarannya melalui propaganda yang semakin besar akhir-akhir ini, dimana propaganda itu menggunakan naskah-naskah ayat dan hadis, bahkan dengan penggelontoran dana yang besar untuk mengokohkan propaganda itu baik di media maupun kehidupan nyata.
Baiklah, untuk menjawab orang awam seperti itu kita tidak usah memaparkan hal-hal keilmuan yang mendalam, itu percuma saja, sebab, mereka tidak akan paham dan sulit mengerti. Orang awam (jujur dan tidak mendebat) cukup tenang dengan diberi janji-janji soal akhirat. Sedangkan orang bodoh (tidak tau dan mendebat) akan berusaha memperjuangkan kebodohannya. Menghadapai dua jenis kelompok sosial seperti ini cukup dengan memberikan bukti-bukti yang bisa mereka cerna dalam kesadaran mereka. Sebab, hal faktual memang jauh lebih kuat dibanding argumen (dalil).
Akan tetapi menunjukkan fakta juga memiliki kendala ketika propaganda begitu keras dan gencar melingkupi seluruh negara-negara di dunia dikarenakan adanya pembolak-balikan pemberitaan yang memang disengaja untuk mengaburkan persoalan yang sesungguhnya. Namun apakah upaya kita memaparkan hal yang sesungguhnya menjadi mustahil ?. Tidak juga. Masih ada harapan untuk itu. Kita gugah nurani manusia yang sudah terpendam agar sadar betapa pengulak-alikan baik keilmuan dan informasi yang membuat banyak orang bingung karena adanya inkonsisten seperti itu adalah sepenuhnya kepalsuan. Allah (Tuhan) adalah baik, agama adalah baik, hidup adalah baik, maka sudah semestinya beramal dengan baik. Maka bagaimana bisa meraih yang baik dengan cara yang buruk bahkan keji. Kalau cara filosofi seperti ini juga masih dimentahkan karena kuatnya hal persuasif mereka, maka masih ada peluang lain, yaitu memaparkan produk. Misal, dalam hal ini kita bisa mengambil contoh pada level yang paling idealis, yaitu soal khilafah ISIS dimana banyak orang Islam menganggap itu adalah idealisme Islam yang paling benar. Maka akan kita katakan. Bagaimana bisa itu adalah idealisme kebenaran (Islam) padahal senjata yang mereka gunakan adalah sepenuhnya buatan orang kafir, dan terlebih yang dibunuhi (oleh mereka) adalah umat nabi Muhammad s.a.w. sendiri ?. Dan contoh lain yang setara dengan itu.
Jadi, intinya adalah hal yang inkonsisten itu sama sekali bukan kebenaran, ini berlaku pada skala nalar yang logis maupun bentuk-bentuk kalbu dalam kejiwaan. Sebab, kebenaran itu membutuhkan penghubungnya sehingga dua kutub menjadi satu relasi yang harmonis dan membentuk karya baru dalam perspektif penciptaan atau karya (amal).
Kita kembali pada umat Islam yang mudah di hack. Kenapa bisa terjadi seperti itu ?. Saya melihat penyebabnya ada beberapa kemungkinan
Pertama : Umat ini terlalu lugu
Saya katakan lugu karena adanya bentuk psikologi yang menurun melalui wacana-wacana keislaman yang sudah lintas generasi. Islam, sebagaimana agama lain tentu memiliki ruh-nya, yaitu kekuatan jiwa yang menjadi dasar suatu gagasan yang nampak. Sebenarnya ruh Islam itu lembut, karena inilah kenapa kehalusan budi-pekerti (akhlakul karimah) menjadi dasar ajaran Islam meski dalam doktrin (karangan cendekiawan modern) tidak akan dikatakan sebagai demikian. Ingatlah bawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda :
إِنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
" Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia "
Akhlak tidak akan bisa muncul bila tidak ada ruh yang lembut, karena ruh meski tidak nampak akan muncul sebagai perilaku.
Dalam hadis itu dikatakan "Menyempurnakan" artinya umat Islam memiliki modal akan ruh yang lembut, dan Islam yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. juga (ruh yang) lembut sehingga dua kutub ini saling menggenapi (menyempurnakan).
Kelembutan jiwa memang seringkali mudah dipermainkan oleh kalangan ambisius yang berusaha mengambil-alih kekuasaan dalam sistem sehingga orang lembut (lugu) mudah diperalat dan ditipu. Orang lugu akan cenderung baik sangka meski kenyataan ada banyak serigala berbulu domba dalam kehidupan ini. Meski mungkin bila dalam pemahaman spiritualitas akan akhirat karakter lugu itu bagus karena berusaha untuk ikhlas demi kehidupan mendatang yang lebih baik, akan tetapi lugu seperti ini bisa sangat berbahaya, sebab, lugu (lembut) seperti ini akan mudah menghadirkan keruntuhan nilai esoteris (hakikat) itu sendiri.
Kedua : Bangsa Arab
Bangsa Arab memang dipilih Allah untuk kemunculan agama monotheisme trakhir ini, karena itulah wahyu Al Qur'an menggunakan bahasa Arab. Akan tetapi, capaian kebudayaan Arab era Muhammad s.a.w. bila dibandingkan bangsa-bangsa lain sungguh suatu ketertinggalan yang nyata. bahkan dalam Islam-pun dikatakan sebagai zaman jahiliyah.
Kita memang tidak boleh pukul sama rata soal orang Arab. Akan tetapi karakter orang Arab kebanyakan cukup tidak menyenangkan. Bahkan Al Qur'an juga mengatakan demikian. Mereka suka perbudakan, curang dalam perdagangan, diskriminasi terhadap perempuan, selalu terobsesi dengan seks, bahkan kemunafikan yang nyata. Allah mengilustrasikan kondisi masyarakat Arab dalam Al Qur'an :
ٱلۡأَعۡرَابُ أَشَدُّ ڪُفۡرً۬ا وَنِفَاقً۬ا وَأَجۡدَرُ أَلَّا يَعۡلَمُواْ حُدُودَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ۬ (٩٧) وَمِنَ ٱلۡأَعۡرَابِ مَن يَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ مَغۡرَمً۬ا وَيَتَرَبَّصُ بِكُمُ ٱلدَّوَآٮِٕرَۚ عَلَيۡهِمۡ دَآٮِٕرَةُ ٱلسَّوۡءِۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ۬ (٩٨) وَمِنَ ٱلۡأَعۡرَابِ مَن يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ قُرُبَـٰتٍ عِندَ ٱللَّهِ وَصَلَوَٲتِ ٱلرَّسُولِۚ أَلَآ إِنَّہَا قُرۡبَةٌ۬ لَّهُمۡۚ سَيُدۡخِلُهُمُ ٱللَّهُ فِى رَحۡمَتِهِۦۤۗ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (٩٩) وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَـٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَـٰنٍ۬ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنۡہُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيہَآ أَبَدً۬اۚ ذَٲلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ (١٠٠) وَمِمَّنۡ حَوۡلَكُم مِّنَ ٱلۡأَعۡرَابِ مُنَـٰفِقُونَۖ وَمِنۡ أَهۡلِ ٱلۡمَدِينَةِۖ مَرَدُواْ عَلَى ٱلنِّفَاقِ لَا تَعۡلَمُهُمۡۖ نَحۡنُ نَعۡلَمُهُمۡۚ سَنُعَذِّبُہُم مَّرَّتَيۡنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَىٰ عَذَابٍ عَظِيمٍ۬ (١٠١) وَءَاخَرُونَ ٱعۡتَرَفُواْ بِذُنُوبِہِمۡ خَلَطُواْ عَمَلاً۬ صَـٰلِحً۬ا وَءَاخَرَ سَيِّئًا عَسَى ٱللَّهُ أَن يَتُوبَ عَلَيۡہِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ (١٠٢
" Orang-orang Arab Badwi itu lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (97) Di antara orang-orang Arab Badwi itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya [di jalan Allah] sebagai suatu kerugian dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu; merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (98) Dan di antara orang-orang Arab Badwi itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya [di jalan Allah] itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh do’a Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri [kepada Allah]. Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat [surga] Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (99) Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama [masuk Islam] di antara orang-orang muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (100) Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan [juga] di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu [Muhammad] tidak mengetahui mereka, [tetapi] Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar ". - Qs : At Taubah : 97 - 101
Dalam surat At Taubah ayat 97 -101 itu kita dapati karaker orang Arab munafik dimana Allah mencela mereka sedemikian rupa dengan menggunakan kalimat ( ٱلۡأَعۡرَابُ أَشَدُّ ڪُفۡرً۬ا وَنِفَاقً۬ا ) "Orang-orang Arab Badwi itu lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya". Demikian juga kita ketahui opini masyarakat munafik terhadap ajaran Islam ketika Rasulullah masih bersama mereka. Intinya adalah, mereka selalu bicara untung rugi, maka aktivitas apapun harus mendatangkan keuntungan (berlipat ganda [seperti riba]) bagi mereka. Karakter munafik tentu saja sangat berbahaya bagi suatu komunitas. Sedangkan orang Arab yang shalih yang di ilustrasikan dalam ayat itu selaras dengan apa yang saya maksudkan dalam poin pertama sebelumnya.
Ketiga : Penyebaran informasi tentang Islam yang tidak merata.
Ini hal jelas dan gamblang. Banyak orang mendapati simpang-siur soal Islam sehingga mereka bingung, bagaimanakah ajaran Muhammad yang sesungguhnya ?. Bukan hanya orang yang non Muslim, yang Muslim juga bingung memahami Islam. Kalangan A mengatakan begini, kalangan B mengatakan begitu sehingga ada banyak perbedaan menyolok soal Islam.
Mungkin benar bila hal ini juga disebabkan karena ada banyak madzhab berbeda soal Islam. Akan tetapi meski demikian sebenarnya tidak perlu menjadi kesimpang-siuran yang begitu nyata, sebab, tokoh utama dalam Islam adalah sama yaitu Rasulullah Muhammad s.a.w. Maka wajar bila ada perbedaan teknis peribadatan, akan tetapi kalau sudah pada tahap kerangka pikir yang kemudian muncul sebagai gagasan yang menggerakkan massa dimana hal itu dirasakan sebagai kontra terhadap gagasan awal atau nilai esoteris (seperti akhir-akhir ini kita ketahui genosida ISIS terhadap warga Suriah dan Irak), maka hal itu sangat wajib untuk dipertanyakan dan tidak bisa kita terima dan dukung.
Ketidak merataan informasi soal Islam ini lebih nyata kita dapati dikalangan generasi muda dan gerakan reformis seperti di kampus-kampus dan aktivitis partai yang memiliki basik Islam reformis. Maka wajar bila para syabab, muda-mudi Islam seperti itu hanya mengenal Islam dari versi yang mereka dapatkan dari mentor atau ustadz mereka dan (sengaja) menutup diri dari khazanah Keislaman lain yang memang beragam. Kalangan seperti inilah sebagai aktor propaganda sekaligus korban doktrin politik Islam tertentu yang sangat ambisius untuk menguasai dunia.
Lalu bila ada yang bertanya :"Apa tujuan Hacking terhadap (umat) Islam ?". Saya sendiri tidak tau pasti apa misi mereka. Saya sebagai agnostik tentu tidak akan tertarik untuk menjawab secara mainstream :"Untuk menghancurkan Islam", seperti kebiasaan para fundamentalis. Jujur saya akui bila saya juga sering kali tidak suka dengan Islam karena soal inkonsisten yang sangat banyak terjadi dalam kehidupan Islam. Akan tetapi saya tidak tertarik untuk ikut-ikutan anggapan Menghancurkan Islam seperti pertarungan gagasan antara orang-orang Islam dan atheis. Saya masih mengakui ada sisi kebaikan agama-agama. Tetapi saya memang tidak tau apa tujuan mereka melakukan hacking terhadap Islam. Akan tetapi setidaknya pastilah tidak jauh dari soal keduniawian.
Komentar
Posting Komentar