Bertuhankan seks dan membangun peradaban dengan seks
Mau mengakui atau tidak, bahwasanya teologi wahabi dan ideologi khilafah adalah hal-hal yang idealis dari Islam. Karena inilah dua ajaran ini sangat mengakar dalam psikologi umat Islam yang awam.
Ada kenyataan bahwa soalan syariah dan hal-hal syariah itu telah mendominasi dalam Islam setelah melalu perjalanan pikir Islam selama berabad-abad sehingga Islam identik dengan syariah belaka dan mengabaikan pilar Islam yang lain, yaitu iman dan ihsan.
Hal-hal tekstualis dianggap sebagai sumber keselamatan karena dipercaya akal adalah jalan kedurhakaan sebagaimana kisah Iblis dalam primordial versi Islam. Maka akal harus ditinggalkan dan dimusuhi, cukup taat naskah Al Qur'an dan hadis dengan membabi-buta tanpa ada tafsiran dan penjelasan yang relevan berdasarkan ilmu pengetahuan, intelektual dan kebersihan hati nurani.
Sungguh, ada suatu keganjilan yang sangat mendasar dalam Islam yang dipercaya berlaku secara universal. Islam dalam teologi yang disebut Tauhid mengajarkan untuk beribadah, yaitu kontak komunikasi dengan Tuhan semesta alam dengan keikhlasan hingga terjadi harmoni antara khalik dan makhluk. Akan tetapi keganjilan itu justru malah muncul dari hal syariah itu sendiri yang dipercaya sebagai pondasi agama. Kalau kita perhatikan final dari perihal agama adalah tujuan "Masuk Surga". Dan surga ini malah cenderung diorientasikan sebagai seks. Ketika khilafah sebagai final tujuan-tujuan syariah, yang dengan itu akan membentuk peradaban Islam. Secara bawah sadar terbentuk pola bila seks adalah orbit dari segala perihal syariah (Islam) dikarenakan surga adalah seks. Karena ini juga para pegiat khilafah selalu menggunakan slogan "72 bidadari bagi mereka yang mati syahid"
Jelas itu adalah konsep yang sebenarnya tidak selaras dengan kesemestaan Tuhan Allah.
Mungkin saja dengan alasan filosofis bahwa seks adalah hal fitrah bagi manusia. Akan tetapi saya tidak melihatnya demikian. Ada kecenderungan hal ini dipengaruhi kuat oleh kultur Arab yang dipercaya memiliki gairah seksual berlebihan dibanding suku bangsa selain Arab. Maka wajar seks menjadi obsesi gagasan Islam seperti itu karena memang media pembawa Islam adalah kebudayaan Arab.
Dari sini ini juga para pengkritik Islam dari kalangan Muslim maupun Atheis menjadikan hal ini sebagai isu yang selalu diperbicangkan hingga menjadi bahan cemoohan.
Selain itu, adanya gagasan "Penutupan Pintu Ijtihad" menjadikan Islam terbelakang dan tertinggal dengan gagasan dari umat selain Islam yang mereka telah belajar dan mampu menjadi lebih bijak dalam menyikapi kehidupan dan realita.
Mungkin para pegiat khilafah akan membangga-banggakan capaian umat Islam abad lampau, yang dengan demikian akan berusaha untuk menggagah-gagahkan ideologi khilafah. Padahal para ulama agung dan saintis muslim era lampau umumnya berseberangan dengan khilafah. Toh itu hanya masa lalu yang sebenarnya sudah kadaluarsa. Maka romansa seperti itu yang kemudian berusaha kembali ke era lampau dengan menggunakan parameter yang tidak terbaharui (update) dengan konteks kekinian adalah gagasan yang sama sekali tidak tepat. Sebab, kita tidak bisa hidup di masa lampau dengan kondisi dan waktu sekarang.
Sungguh mengherankan, bagaimana membangun peradaban dengan berdasar motif dan orientasi seks.
Bila-pun benar seks adalah fitrah manusia toh gagasan seperti itu kita pahami sebagai gagasan yang sangat primitif. Itu sungguh memalukan ketika era modern ini manusia sudah mengenal rumus alam semesta seperti Blackhole, Boson Higgs, dsb, dimana justru dari hal-hal yang dianggap "Bukan Islam", "Bukan Agama" malah lebih dekat dengan gagasan kosmologi Tuhan Semesta Alam dimana dari eksplorasi ilmiah itu mulai tersingkap tabir misteri semesta dan menghasilkan teknologi untuk manusia survive dan memperoleh kemaslahatan.
Dari sini juga kita ketahui sebenarnya manusia bisa saja tidak selalu terobsesi dengan seks. Dan eksplorasi pemahaman akan kesemestaan juga merupakan hal-hal yang diminati manusia atau sebenarnya adalah suatu keharusan dengan alasan filosofis bahwa manusia makhluk ber-intelektualitas dan sebagai kebutuhan menjawab tantangan kenyataan hidup di dunia dimana manusia tidak bisa mengandalkan hanya dengan berdoa tanpa melakukan ikhtiyar.
Dengan ketertinggalan yang begitu nyata, masihkah Islam harus tetap sibuk dengan seks 72 bidadari di surga untuk membangun peradaban ?. Bukankah gagasan kesemestaan Tuhan muncul dari Islam sebagai persambungan dari monotheisme sebelumnya. Atau kenapa kita tidak berani berpikir sebenarnya umat Islam telah dibodohi oleh doktrin atau memang bodoh dan sengaja menjadi sok taat dengan segala keawaman dengan alasan "Akhirat lebih baik dan kekal". Tetapi kita akan bertemu dengan kenyataan "Bagaimana membangun peradaban dengan seks ketika orang lain sudah mampu untuk bijak, maju, dan mampu menghasilkan karya peradaban yang bisa digunakan semua umat manusia tanpa batasan agama maupun isu-isu sara lainnya ?"
Mungkin orang hendak berlaku zuhud. Akan tetapi orang zuhud tidak mampu membangun peradaban karena cita-cita membangun peradaban tidak dikenal oleh ajaran zuhud. Itu adalah cara hidup yang tidak peduli dengan dunia dan sibuk dengan perjalanan spiritual secara individu. Kalau konsep zuhud ini dibawa ke level pemikiran untuk membangun peradaban itu akan mustahil. Akan tetapi membangun peradaban memang masih dibutuhkan perilaku moral demi kelanggengan peradaban itu sendiri. Akan tetapi moral tidak perlu sampai pada aktivitas zuhud. Sebab, zuhud adalah wilayah individual bukan wilayah gagasan sosial sebagai umat yang memiliki cita-cita membangun peradaban yang berdasar dogma tertentu.
Contoh kasus seperti itu terlihat seperti dalam pemberitaan tentang khilafah ISIS dimana mereka memberlakukan hukuman berat bagi hal-hal yang tidak esensial keagamaan. Mereka membunuh wanita yang mengenakan jaket yang memiliki kombinasi warna merah, mereka memenggal kepala seorang bocah yang mendengarkan musik pop, dsb kisah seperti itu. Betul bahwa agama dalam konteks zuhud akan menghindari hal-hal yang dianggap tidak berguna atau bahkan melalaikan ketaatan dan akhirat, akan tetapi hukum-hukum seperti itu sebenarnya mengada-ada, dan memang tidak pernah ada baik dalam Al Qur'an dan hadis. Jadi, berijtihad sendiri seperti itu malah mencederai Islam dalam skala gagasan, dan merusak esensi Islam. Hukum biadab tak memiliki landasan naskah yang jelas seperti itu juga akan merusak kepercayaan orang tentang iman kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun karena terbukti bila hukum Allah (syariah) itu sangat keji dan anti-kemanusiaan dan itu terbukti melalui milisi-milisi khilafah itu. Akan tetapi sebaliknya juga. Khilafah memperkuat diri dengan perbudakan dimana jelas orientasi perbudakan adalah seks. Padahal Allah memerintahkan untuk menghapus perbudakan. Nah, itu semua sebagai contoh-contoh kasus keterbalikan pikir dalam Islam yang dimulai dari kadaluarsa pikir dalam Islam.
Sebenarnya adalah doktrin bohong bila ada yang mengatakan antara dunia dan akhirat itu harus memilih salah satu. Dalam skala pikir manusia boleh memiliki keduanya sekaligus, dan karena alasan inilah Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi yang alam materi ini. Hanya saja konsep akhlaqul karimah tidak bisa ditinggalkan. Sebab, fungsi moral adalah untuk menjaga kelestarian peradaban itu sendiri.
مَّن كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا فَعِندَ ٱللَّهِ ثَوَابُ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأَخِرَةِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ سَمِيعَۢا بَصِيرً۬ا
“ Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja [maka ia merugi], karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat ”. Qs : An Nisa : 134
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَٮٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأَخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن ڪَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِى ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari [keni’matan] duniawi dan berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan ”. Qs : Al Qashash : 77
قُلۡ مَنۡ حَرَّمَ زِينَةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِىٓ أَخۡرَجَ لِعِبَادِهِۦ وَٱلطَّيِّبَـٰتِ مِنَ ٱلرِّزۡقِۚ قُلۡ هِىَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا خَالِصَةً۬ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۗ كَذَٲلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأَيَـٰتِ لِقَوۡمٍ۬ يَعۡلَمُونَ
“ Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan [siapa pulakah yang mengharamkan] rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu [disediakan] bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus [untuk mereka saja] di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui ”. Qs : Al A’raf : 32
Dari tiga ayat diatas jelas bahwa dunia adalah boleh, hanya saja perilaku zalim dan amoral itulah yang dilarang.
Dari sini kita ketahui bila kerancuan soal hukum yang dijalankan oleh khilafah itu karena mereka tidak mengenal epistemologi ilmu dan memang sengaja untuk tidak menggunakan pikir malah menuduh pikir sebagai sekutu Iblis yang mengajak pada kedurhakaan, padahal sudah sangat nyata bila mereka berlaku zalim kepada umat Muhammad s.a.w. dan manusia lain. Kalau kerangka ilmiah sudah sengaja ditiadakan, terminologi ilmu dianggap bid’ah tentu ini adalah program pembodohan dan mesin peruntuh peradaban meski mereka menggunakan bendera Islam. Sungguh mengerikan ketika mereka hendak membangun peradaban melalu teror, genosida, dan perbudakan dimana semua itu berpusat pada orientasi seks baik melalui perbudakan atau angan-angan 72 bidadari di surga.
Sebenarnya ada yang lebih parah dari pemaparan ini. Ketika mereka melakukan segala aktivitas itu dengan orientasi seks, mereka sebenarnya tidak menyembah atau taat kepada Allah Tuhan semesta alam. Mereka hanya menyembah hawa nafsunya sendiri. Itu seperti yang dikatakan Allah s.w.t. dalam Al Qur’an
أَفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ ۥ هَوَٮٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٍ۬ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَـٰوَةً۬ فَمَن يَہۡدِيهِ مِنۢ بَعۡدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah [membiarkannya sesat]. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?”. Qs : Al Jatsiyah : 23
أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ ۥ هَوَٮٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَڪِيلاً (٤٣) أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَڪۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَـٰمِۖ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلاً (٤٤)
“ Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (43) atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya [dari binatang ternak itu]. (44) ” Qs : Al Furqan : 43 - 44
Isu-isu syariah dan khilafah semakin gencar akhir-akhir ini, dengan segala propaganda dan hasutan itu sudah mempengaruhi umat yang awam dan bodoh bila itu adalah ajaran Islam. Saya katakan bila Islam khilafah itu sebenarnya adalah pseudoislam. Itu ibarat dajjal dalam bentuk yang Islami. Mereka hadir dalam atribut dan lahiriah Islam, padahal tujuan mereka sangat menyimpang, dan itu sudah terbukti dengan segala kebiadaban mereka atas umat Muhammad s.a.w. dan sebagai ancaman bersama dalam konteks kemanusiaan.
Bersyariah saja akan memunculkan karakter fasik dan munafik. Sebab, hukum lahiriah itu bisa dipermainkan dengan mudah. Karena itu pula Allah telah memperingatkan :
وَلَا تَتَّخِذُوٓاْ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِ هُزُوً۬اۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَمَآ أَنزَلَ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَٱلۡحِكۡمَةِ يَعِظُكُم بِهِۦۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬
“ Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah sebagai permainan. Dan ingatlah ni’mat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ”. Qs : Al Baqarah : 231
Saat ini, ajaran Islam yang dibawakan oleh nabi Muhammad s.a.w. sudah di degradasi menjadi kepentingan politik yang disebut-sebut sebagai khilafah, dimana mereka kaum khilafah itu menganut teologi model wahabi. Inilah Islam keumuman yang dikenal saat ini terlebih di media masa, mereka telah mengambi mainstream akan Islam yang dikenal di dunia saat ini. Sedangkan kelompok minoritas sangat terasa untuk mereka hancurkan dengan berbagai gagasan hingga konflik militer. Orang Islam yang sebenarnya semakin kecil jumlahnya.
Islam yang benar memiliki landasan Arkanul Islam, yaitu Rukun Islam, Rukun Iman, dan Ihsan. Dan yang dari fondasi ini dijabarkan dalam terminologi ilmiah yang sebenarnya sudah dibangun oleh ulama terdahulu baik dari kutub Ahlus Sunnah Wal Jama’ah maupun kutub Syi’ah Ali a.s.
Sungguh amat disayangkan bila saat ini kaum munafik dan fasik sudah menyebar virus kebencian dan anti-kemanusiaan dimana mereka ingin membentuk peradaban dengan cara-cara yang sangat tidak relevan hingga perusakan dimensi-dimensi kehidupan yang mereka dakwakan sebagai kebenaran dan dipercaya oleh orang-orang awam dan di dukung oleh orang-orang bodoh. Sedangkan perbedaan antara awam dan bodoh adalah pada karakternya. Orang awam adalah orang yang ikut-ikutan karena mencari rasa aman, sedangkan orang bodoh adalah orang yang sengaja ikut memperjuangkan kezaliman dan dia sadar, dimana kesadarannya itu mucul dari jiwa yang sesat dan jahat. Antara awam dan bodoh dalam peristilahan saya ini bisa saling masuk memasuki diantara keduanya sedangkan tindakan mereka yang membedakannya. Orang awam yang tenang lebih mudah diberi informasi yang benar dibanding orang bodoh dengan segala perdebatan sengit mereka dan tindakan kasar mereka.
Manusia yang sudah memiliki kesadaran dan intelektual tingkat lanjut tentu memiliki cita-cita yang lebih universal sebagai kerinduan akan harmoni dengan semesta dimana alam semesta bisa dipahami sebagai maujudnya “Sifat” Tuhan dalam kesadaran, bukan sekedar termotif dan berorientasi akan ego seksualnya saja.
Komentar
Posting Komentar