Pentingnya Menelusuri Pikir Dalam Diri
Bila anda seorang teknisi profesional, anda tidak mudah kagum dengan produk yang ada dalam dunia kerja anda. Semisal anda pakar IT, anda tidak mudah kaum dengan produk komputer yang dipasarkan (iklankan), sebab, anda biasa membongkar komputer dan tau seluk beluk komputer secara mendetail. Ini akan sangat berbeda dengan orang awam yang mudah terprofokasi dengan bentuk luar dan iklan.
Sebenarnya cara penilaian diatas juga berlaku pada ranah keilmuan dan kehidupan semua bidang, terutama soal cara berpikir seperti doktrin atau dogma yang kemudian diiklankan melalui dakwah atau propaganda. Seorang yang berilmu mendalam mudah memahami strukutur pemaparan yang di publikasikan sehingga dia mengambil keputusan mendukung atau menolak gagasan itu.
Tetapi memang bentuk masyarakat yang ber SDM buruk akan mudah terprofokasi sehingga bentuk propaganda mudah meluas dan dianggap sebagai kebenaran yang harus menyingkirkan bentuk gagasan yang lainnya.
Bila anda mulai memahami hal ini coba pikirkanlah orang yang menyusun doktrin atau dogma itu. Tentu mereka mengetahui kelemahan-kelemahan formulasi yang dibuatnya. Artinya dia adalah orang yang penuh ambisi untuk meraih puncak dalam hirarki dengan melalui kekejian tertentu yang sebenarnya formulasinya itu asli gagasan dari egonya sendiri dan tidak harmoni dengan nilai-nilai esoteris atau fitrah yang ada sebagai rumus hukum alam atau wahyu Tuhan.
Doktrin atau dogma ada sangat banyak di dunia ini, dan hal itu sebenarnya hanyalah usaha bentuk-bentuk penafsiran akan rumusan hukum alam atau wahyu dari Tuhan dimana formulasi doktrin atau dogma itu sebagai respon kondisional pada formulator atas kejadian-kejadian yang dia alami. Karena inilah sebenarnya tidak ada kebenaran mutlak tentang doktrin atau dogma di dunia ini, masing-masing hanya mewakili suatu gagasan saja, sedangkan realita hidup ada begitu banyak sejumlah jiwa yang diciptakan Tuhan dalam rentang waktu yang berjalan sejak dahulu kala hingga kini.
Kezaliman di dunia ini memang ada. Akan tetapi manusia modern sekarang ini tidak saja dihadapkan dengan "Benar atau salah", kita dihadapkan pada "Siapa yang benar, dan siapa yang membenarkan. Siapa yang salah, dan siapa yang menyalahkan. Siapa yang benar, dan kemudian 'ada' yang menyalahkan si benar itu. Siapa yang salah, dan kemudian 'ada' yang membenarkan si salah itu". Ini adalah persoalan yang kabur dan carut-marut menjadi tidak jelas akan hakikat nilai yang sesungguhnya. Ini juga soal dukungan dan loyalitas, akan tetapi perhatikanlah bentuk seperti apa loyalitas yang menjadi tuntutan, kepada siapa, dan untuk tujuan apa.
Bila semua sudah menjadi sangat pelik maka adalah sangat perlu bila kita mesti menelusuri bentuk pola yang sangat mendasar dari gagasan yang menjadi obsesi kita, dan biasanya itu hal yang sangat sederhana. Sedangkan kerumitan seringkali muncul dikarenakan adanya tuntutan-tuntutan yang bersumber dari ego dan ambisi yang buruk dari jiwa (nafsu tercela), dan itulah kezaliman.
Anda percaya bahwa Tuhan adalah baik, dan anda juga harus percaya bahwa manusia adalah baik, kehidupan adalah baik, realita dan alam juga baik bukan karena anda hendak menipu diri sendiri karena memang melihat ada kenyataan yang buruk, akan tetapi ini adalah pilihan yang paling mendasar dalam dalam pikir dan bersikap untuk memilih bentuk kesadaran yang hendak anda masuki, dan itulah bentuk kehidupan anda yang hendak anda tuju dimana agama menyebut sebagai akhirat.
Terkadang cara diatas mungkin akan terasa bertentangan dengan literatur agama seperti kitab suci dsb. Tetapi percayalah bila literatur itu bisu dan tidak bisa bergerak atau berbicara, sedangkan manusia (pengkotbah, pendakwah, dsb) yang bisa menyampaikan isi literatur itu, akan tetapi tentu saja apa yang disampaikan oleh mereka sudah mengandung motif pemikiran tertentu, sedangkan bagaimana yang asli menurut pola alam atau kehendak Tuhan manusia tidak ada yang tau. Karena itulah kita memilih hal-hal yang bernilai baik.
Bila ada yang mengatakan bahwa baik dan buruk adalah perspektif, maka percayalah pada diri anda sendiri untuk menentukan pilihan dimana pilihan itu berdasar akal yang sehat dan hati nurani yang bersih (suci) serta harmoni dengan kewajaran alam dan realitanya. Mereka hanya pribadi-pribadi seperti anda juga yang kompleks dengan ketertautan rumusan hukum alam yang mempengaruhi gerak dan diam baik perbuatan lahiriyah maupun gejala jiwa dalam bathin.
Tuhanlah yang menilai bukan manusia siapapun. Karena inilah kekaryaan dalam hidup sebenarnya lebih penting dibanding pertarungan (dibidang kehidupan yang apapun). Karya yang baik (shalih) dihargai Tuhan dan manusia serta harmoni dengan alam.
Komentar
Posting Komentar