Seks Dan Idealisme Sosial

https://scontent-sit4-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/12341496_908948975867548_4582982634872386263_n.jpg?oh=50aa62b60b2844504e627dc2a3508f91&oe=58C8E83C
Dalam konsep seks, agama (aslinya) menduduki posisi netral. Coba kita pahami kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Seks bukan hal yang menjadi barometer dimana mereka menentukan bagaimana agar tetap survive. Namun, celaka ketika banyak orang berasumsi bahwa tidak bisa hidup tanpa seks.
Memang, dalam produksi keturunan yang berkelanjutan, seks di sini menjadi kebutuhan biologis. Tetapi sesungguhnya, kemampuan dalam melawan tantangan hidup dewasa ini bukan persoalan dimana kita mengembangkan produksi keturunan dengan melalui pernikahan. Orang tidak dipaksa untuk menikah, melainkan sebatas anjuran. Atau bahkan tidak menjadi persoalan yang pokok. Sebab banyak yang lebih penting untuk menutup kemungkinan seseorang melakukan sesuatu yang berhubungan layaknya suami istri.
Mari melihat barometer pernikahan yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1. Pernikahan disana bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia. Kiranya ini hal yang cukup sederhana. Banyak orang lebih memilih menikmati hidupnya dengan berkarya melalui kemampuan dia dalam bersaing dalam hidup. Justru inilah yang kemudian dianggap tujuan hidup, bukan pernikahan yang acapkali diangggap publik itu perlu. Benar dalam sudut pandang agama itu mengandung sisi positif, namun kadang berbeda secara psikis dan sosiologis. Tak jarang kalau hal ini mengarah pada konflik dan ketegangan bagi seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak memiliki orientasi ke sana.
Perjalanan seks
Ketelanjangan, bukan erotisme, dimana birahi bukan hal yang perlu disangkal atau bahkan dicari. Melainkan hal ini muncul dengan sendirinya, yang tidak menutup kemungkinan dimiliki sejak kecil. Perjalanan seks melalui dua posisi keadaan manusia, antara interior dan eksterior.
Pertama, interior di sini memiliki kekuatan birahi seseorang yang dimiliki melalui pengaruh dari dalam. Istilah lain bahwa tanpa diharapkan atau disengaja perasaan horny itu muncul sendirinya. Orang bisa mendapatkan ini dalam aktivitasnya sehari-hari di rumah. Misalnya dengan kebiasaan nonton televisi atau membaca buku cerita. Tanpa ada indikasi seks, namun orang tersebut bisa merasakan syahwat. Ini barangkali yang dianggap tidak normal oleh masyarakat awam, tetapi justru ini naluri manusia yang terlahir suci.
Kedua, eksterior disini merupakan tindakan yang menimbulkan munculnya syahwat seseorang. Kekuatan birahi yang dipengaruhi dari luar ini banyak terjadi pada seseorang menginjak dewasa. Sebab, lebih jauh dari interior. Hal ini menjadi dasar munculnya perasaan seksual, dengan melalui aktivitas dan pengalaman dari luar. Misal, melalui nonton film, majalah, novel, buku porno, dll. Sehingga, kebutuhan seks tersebut tidak murni sepenuhnya dari pribadi seseorang tersebut. Banyak orang berpendapat bahwa syahwat seksual yang didapatkan dari pengaruh luar tidak memiliki kenikmatan yang khas. Karena hal ini dibangun dari pengaruh luar, bukan dari hasrat sendiri.
Melakukan hal yang menghambat berkembangnya jati diri seseorang, layaknya kita tinggalkan. Menjadi manusia sejati merupakan sebuah harapan semua orang, tentunya ini melalui kreatifitas seseorang itu sendiri dalam berkarya. Sehingga, kebutuhan hidup nyata bukan sekedar seks namun jauh diluar itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN BELAJAR AGAMA DARI AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA

حب النبي : حديث الثقلين (دراسة فقهية حديثية)

نص حزب البحر للشيخ أبي الحسن الشاذلي